"berikan aku 1000 orang tua, maka akan kucabut gunung semeru dari akarnya dan berikan aku 10 pemuda, maka akan kuguncangkan dunia...."(Bung Karno). Sepenggal kalimat yang menggambarkan bahwa betapa besarnya pengaruh pemuda dalam pembangunan sebuah bangsa.

Selasa, 28 September 2010

Di Dalam Sepi

di dalam sepi, malam menjadi sunyi....

di dalam sepi, siang tak berbunyi....

di dalam sepi, langit tak berbintang....

di dalam sepi, sunyi lebih menyedihkan....

di dalam sepi, pagi terlalu suram....

di dalam sepi, perih terasa menyakitkan....

di dalam sepi, hari-hari melemahkan....

di dalam sepi, tertawa tak mengindahkan....

di dalam sepi, harapan tak diharapkan....

di dalam sepi, semua telah pergi....

di dalam sepi, menangispun tak dimengerti....

di dalam sepi, sendiri terasa bersemi.....

Kisah Seorang (yang menurut saya) Pemimpin Sejati....

Di salah satu kantor cabang perusahaan perminyakan terbesar di Indonesia, pernah memiliki seorang pemimpin yang menurut saya sangat luar biasa. Gayanya biasa saja, tidak seperti orang-orang yang merasa memiliki kekuasaan. Mobilnyapun cuma satu, itupun bukan mercy, bmw, atau sederajat (padahal dari gajinya saya yakin beliau bisa membeli itu semua). Beliau sangat senang pergi menggunakan sepeda motor (hanya bebek Vario bukan Harley Davidson), padahal beliau memiliki jatah dua buah mobil dinas (Innova & Harrier). Dan setahu saya baru beliau GM(General Manager) perusahaan itu yang naik motor. Untuk urusan pekerjaanpun beliau sangat disiplin, tegas, berani untuk mengambil keputusan, dan (saya rasa) sangat bijaksana. Prestasi beliau di kantorpun tidak usah dipertanyakan lagi, karena beliau merupakan calon tunggal untuk menempati jabatan yang cukup tinggi di kantor pusat perusahaan itu. Bahkan nama beliau sudah diketahui pemerintah bahwa akan menjabat jabatan itu. Terhadap bawahanpun beliau tidak pernah membedakan, merendahkan atau bahkan semena-mena.

Sekitar beberapa bulan sebelum kenaikan jabatannya menjadi salah satu direktur dikantor pusat, terjadi masalah besar di kantor cabang yang beliau pimpin diakibatkan kelalaian bawahannya yang merugikan perusahaan miliyaran rupiah. Bila ditanya kemana beliau saat itu, beliau sedang dinas ke luar kota dan tidak berada di kantor cabang yang beliau pimpin itu, sehingga wajarlah beliau tidak tahu apa-apa. Tetapi karena beliau yang bertanggung jawab atas kantor cabang, pastilah beliau yang ditanya oleh pimpinan pusat,
dan bermodal dari cerita dan laporan bawahan kepercayaan beliau, beliau bercerita apa yang sesungguhnya terjadi. Kemudian sang Pimpinan pusatpun bertanya lagi,
"kalau begitu beritahu saya siapa yang harus bertanggung jawab atas masalah ini?, sebutkan satu nama dan jangan bilang kalau itu anda."
sambil beridir dari duduknya di ruang rapat direksi, dengan menghela nafas, beliau(pemimpin sejati menurut saya) berkata, "apabila bapak bertanya seperti itu kepada saya dan saya diberi hak untuk memilih satu nama yang harus bertanggung jawab, maka saya akan memberi tahu siapa yang sesungguhnya bertanggung jawab atas masalah ini, dan dia adalah Rahmat(nama beliau sendiri). menurut saya dialah yang paling bertanggung jawab atas masalah ini." kemudian sang direktur bertanya kembali,
"saya sudah bilang kepada anda bahwa, jangan menyebutkan diri anda sendiri."
sang pemimpin sejatipun dengan ketegasannya berkata,
"karena bapak sudah memberi saya hak untuk menyebutkan satu nama siapa saja itu, maka saya menggunakannya, dan saya sudah menyebutkannya, karena dialah yang menurut saya paling bertanggung jawab atas masalah ini.", " dan tidak ada satupun orang lain yang bertanggung jawab selain saya, jadi apapun resikonya biarlah saya yang bertanggungjawab." dan suasana ruang rapatpun berubah menjadi hening setelah suara sang pemimpin sejati menurut saya itu terdengar.
dan sang durekturpun bertanya sekali lagi, "anda yakin? apakah anda tidak tahu resiko yang harus anda hadapi? jabatan anda akan diturunkan dan anda batal menjadi calon tunggal direksi."
dan sang pemimpin sejatipun menjawab, "memang seperti itulah resiko jabatan saya sekarang pak, apabila memang saya harus diturunkan, saya terima, dan jangan ada yang menerima resiko ini selain saya pak."
dan akhirnya sang pemimpin yang melindungi bawahannya yang melakukan kelalaian itupun diturunkan jabatannya. Dan beliau harus turun dari singgasana kepemimpinannya di daerah. Banyak yang merasa kehilangan seorang pemimpin selepas beliau dicabut jabatannya, banyak yang merasa bersalah, dan ironisnya banyak yang kemudian menjadi cuek terhadap beliau padahal sebelumnya mereka sangat meninggikan beliau. Dan beliau menerima sanksi atas apa yang bukan menjadi kesalahan beliau secara langsung. 

Demikianlah sepenggal kisah nyata yang memberi saya suatu pelajaran besar, yaitu "seorang pemimpin atau yang memiliki jabatan tinggi dibayar mahal bukan hanya karena pekerjaan mereka, tetapi juga karena resiko tanggung jawab mereka yang besar."
Dan apakah anda atau siapapun yang menjadi seorang pemimpin saat ini sudah memikirkan hal itu?

Senin, 27 September 2010

Antara Aku, Kamu, Dia, dan Keledai....

di sebuah desa hidup seorang kakek tua bersama seorang cucunya yg masih kecil. kakek itu memiliki seekor keledai. pada suatu hari kakek itu mengajak cucunya untuk pergi ke pasar di kota. kakek itu pergi ke pasar bersama cucunya dengan membawa keledainya. karena dia takut apabila keledainya di tinggal sendiri di rumah, keledai itu bisa hilang. dan pergilah kakek tua itu dan cucunya yg masih kecil bersama keledai milik mereka. mereka berjalan kaki ke kota karena tidak ada kendaraan pada jaman itu. dalam perjalanan mereka, keledai itu hanya di tarik memakai tali dan kakek bersama cucunya itu berjalan kaki. di tengah jalan bertemulah mereka dengan seorang pemuda. dan pemuda itu berkata kepada sang kakek dan cucu. "hei kalian.. bodoh sekali kalian, memiliki keledai namun tidak dimanfaatkan, kalian malah lebih memilih berjalan kaki.." karena perkataan pemuda tadi akhirnya sang kakek menyuruh cucunya untuk naik ke atas keledai itu. kemudian di tengah jalan lagi, mereka bertemu seorang bapak-bapak. dan bapak itu berkata pada cucu kakek itu. " hei anak muda, tega sekali kau menaiki keledai itu sendiri, sedangkan kakekmu yg tua itu kau biarkan berjalan kaki. lalu karena perkataan bapak itu mereka pun bertukar posisi. kali ini sang kakek yg menaiki keledai itu dan sang cucu berjalan kaki. dan kembalilah mereka bertemu seorang. kali ini mereka bertemu laki-laki yg sedang berjualan sayur. dan kemudian laki-laki itu berkata pada mereka. "dasar orang tua tak tahu diri.. kau biarkan cucumu yg masih kecil itu berjalan kaki sedangkan kau menaiki keledai itu sendiri...". dan karena perkataan penjual sayur tadi sang kakek menyuruh cucunya untuk menaiki keledai itu bersama-sama. dan di tengah perjalanan lagi-lagi mereka bertemu seorang. namun kali ini mereka bertemu dengan seorang ibu-ibu. dan ibu itu berkata pada mereka."memang kalian tidak memiliki rasa kasian.. tega sekali kalian berdua menaiki keledai kecil yg malang itu.." dan karena perkataan ibu itu mereka pun turun dari keledai mereka dan kemudian mereka berdua menggendong keledai itu bersama-sama. dan bertemulah mereka dengan seorang gadis. dan gadis itu berkata."apa mereka sudah gila, berjalan menggendong keledai.. apa gunanya keledai itu memiliki kaki ??"......

nah... cuplikan cerita diatas adalah sebuah gambaran dari realita kehidupan sebenarnya... dalam cerita diatas kita bisa menarik kesimpulan bahwa pendapat atau pandangan tiap2 orang bisa berbeda-beda. dan apabila kita selalu menelan mentah-mentah pendapat orang lain dan kemudian kita terapkan mentah-mentah pula tanpa memikirkannya terlebih dahulu, akibatnya kita sendiri yang akan mengalami kesulitan bahkan kebingungan..... hehehe... mungkin ini juga pendapat saya... saya hanya ingin memberi gambaran saja.. dan apabila terdapat kesamaan cerita,waktu,tempat, dan kesalahan kata yg dapat menyinggung mohon dimaafkan... karena tidak ada kesengajaan didalamnya... dan juga setiap manusia tidak ada yg sempurna termasuk saya. tiap-tiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing... mohon dimaklumi... trima kasih....